“Peran Orangtua Dalam Menemani Belajar Anak”
Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi nilai Bahasa
Indonesia
Tahun Ajaran 2014/2015
Disusun Oleh
Kelompok 3 :Carlos Daniel
Kelas
:9.4
Program :Bahasa
Indonesia
Dinas pendidikan SMPN 5 Bekasi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan kepada penulis
,sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ini yang berjudul” Pengaruh
Didikan Orangtua Terhadap Anak” tepat pada waktunya . penulis juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
pembuatan karya tulis ini .
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada guru pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan karya
tulis ini. penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
membantu kami dalam membuat karya tulis ini .
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan dari segi penyusun bahasanya maupun
segi lainnya.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna untuk
menjadi acuan serta bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang
akan datang
Bekasi, Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
KataPengantar
ii
Daftar Isi iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penelitian 1
1.4 Manfaat Penelitian 2
1.5 Metode Penelitian 2
BAB
II Kerangka Teori
2.1
Pengertian 3
2.2 Macam –
macam pola asuh 4
2.3 Peran
Orang Tua 7
2.4 Cara
menjadi Orangtua yang baik untuk anak 10
2.5 Peran
orangtua dalam meningkatkan prestasi anak 12
Bab III Penutup
Kesimpulan 16
Saran 16
Daftar
Pustaka 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal terbesar yang selalu diutamakan
oleh para orang tua. Sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan formal
memerlukan banyak hal yang mendukung yaitu antara lain kepentingan dan kualitas
yang baik dari kepala sekolah dan guru, peran aktif dinas pendidikan atau
pengawas sekolah, peran aktif orangtua dan peran aktif masyarakat sekitar
sekolah.
Akan tetapi orang tua juga tidak dapat menyerahkan
sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah. Pendidikan anak dimulai dari
pendidikan orang tua di rumah dan orang tua yang mempunyai tanggung jawab utama
terhadap masa depan anak-anak mereka, sekolah hanya merupakan lembaga yang
membantu proses tersebut. Sehingga peran aktif dari orang tua sangat diperlukan
bagi keberhasilan anak-anak di sekolah.
Orang tua seharusnya memahami bahwa merekalah sebagai
penanggung jawab utama dalam pendidikan putra-putrinya. Dan secara umum,
berhasil tidaknya pendidikan seorang anak biasanya dihubungkan dengan
perkembangan pribadi orang tuanya dan baik tidaknya hubungan, komunikasi dan
role model dalam keluarga.
B.
Rumusan masalah
Ø Apakah
pengaruh orang tua terhadap pendidikan anak ?
Ø Apa dampak jika orangtua melupakan kepentingan anak ?\
Ø Bagaimana peran orangtua dalam meningkatkan prestasi anak
?
C.
Tujuan penelitian
Ø Untuk mengetahui apa itu
Pendidikan
Ø Untuk mengetahui Macam-macam pola
asuh dalam mendidik anak
Ø Untuk mengetahui cara menjadi orangtua yang baik bagi
anak
Ø Untuk mengetahui peran orangtua dalam mendampingi belajar
anak
D.
Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
menjadi :
Ø Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam melakukan
penelitian peran orangtua dalam menemani anak belajar
Ø Sebagai bahan masukan dan evaluasi orangtua dalam
mendidik anak
E.
Metode penelitian
Metode yang kami gunakan adalah :
Ø Kajian pustakan dilakukan dengan mencari literatur di
internet
Bab II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian.
Ø Pendidikan adalah
pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari
satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang
lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir,
merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi
menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian
perguruan tinggi, universitas atau magang.
Sebuah hak atas pendidikan telah
diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan
Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang
atas pendidikan Meskipun
pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentuk
pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil
orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang serupa
untuk anak-anak mereka.
Ø Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan
biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat penting
dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu/ayah dapat diberikan untuk
perempuan/pria yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang
mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak) dan ayah tiri (suami ibu biologis anak). Menurut Thamrin Nasution, orang tua merupakan
setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah
tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.Jika
menurut Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa,
terutama dalam masa perkembangan. Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan
anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat
membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan
pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orang tua kerena setiap
keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya
antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.
Ø Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk
pada lawan dari orang
tua,
orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun
mereka telah dewasa.
Menurut psikologi, anak
adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau
enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian
berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar.[1]
Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak
dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “ Anak
adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan)
tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum
pernah menikah .
Walaupun begitu istilah ini juga
sering merujuk pada perkembangan mental seseorang,
walaupun usianya secara biologis dan kronologis seseorang sudah termasuk dewasa namun apabila
perkembangan mentalnya ataukah urutan umurnya maka seseorang dapat saja diasosiasikan
dengan istilah "anak".
B. Macam-macam Pola asuh
Menurut dr. Baumrind, terdapat 3
macam pola asuh orang tua yaitu demokratis, otoriter dan permisif.
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua
dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio
atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.
orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
(Ira Petranto, 2005). Misalnya ketika orang tua menetapkan untuk menutup pintu
kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi penjelasan, mengetuk pintu ketika
masuk kamar orang tua, memberikan penjelasan perbedaan laki-laki dan perempuan,
berdiskusi tentang hal yang tidak boleh dilakukan anak misalnya tidak boleh
keluar dari kamar mandi dengan telanjang, sehingga orang tua yang demokratis
akan berkompromi dengan anak. (Debri, 2008).
2. Otoriter- Pengertian Pola Asuh Menurut
Para Ahli
Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anaknya harus menutup pintu kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orang tua. Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana yang terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).
Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anaknya harus menutup pintu kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orang tua. Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana yang terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).
3. Permisif
Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur / memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anak yang masuk kamar orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, degan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orang tua yang menerapka pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya. (Debri, 2008).
Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur / memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anak yang masuk kamar orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, degan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orang tua yang menerapka pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya. (Debri, 2008).
Karakteristik
Anak Dalam Kaitannya dengan Pola Asuh Orang tua
1.
Pola asuh demokratis akan
menghasikan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai
minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain.
2.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan
karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar
menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
3.
Pola asuh permisif akan menghasilkan
karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang
mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara
sosial (Rina M. Taufik, 2006).
C. Peran
orangtua :
Ø
Peran Keluarga Dalam Mewujudkan Kepribadian Anak
Ayah dan ibu adalah teladan pertama
bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah
dan ibu dengan sendirinya memiliki Pengaruh yang sangat dalam terhadap
pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa
lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan
keluarga. Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Ayah
dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya. Khususnya ibu
yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaannya
pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah memberikan
kepadanya anak yang sehat dan saleh. Faktor-faktor ini secara terpisah atau
dengan sendirinya tidak bisa menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya,
akan tetapi masing-masing saling memiliki andil dalam menentukan pendidikan dan
kepribadian seseorang sehingga jika salah satunya tidak banyak dipergunakan
maka yang lainnya harus dipertekankan lebih keras.
v Peran kedua
orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1.
Kedua orang tua harus menjaga
ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena
hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak
yang pada akhirnya keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya
mereka diberi hak pilih.
2. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak.
Hormat di sini bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain
ketegasan kedua orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan
alami dan fitri anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik
dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta
menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan
kedua orang tua harus menjaga hak-hak hukum mereka yang terkait dengan diri
mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga
mau menghormati sesamanya.
3.
Mewujudkan kepercayaan. Menghargai
dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan
kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan
berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya
sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan
yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya
sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan
penting.
4.
Mengadakan perkumpulan dan rapat
keluarga (kedua orang tua dan anak). Dengan melihat keingintahuan fitrah dan
kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas
kedua orang tua adalah memberikan informasi tentang susunan badan dan perubahan
serta pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua
harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum
fikih serta kehidupan manusia. Jika kedua orang tua bukan sebagai tempat
rujukan yang baik dan cukup bagi anak-anaknya maka anak-anak akan mencari
contoh lain; baik atau baik dan hal ini akan menyiapkan sarana penyelewengan
anak.
5.
Hal yang paling penting adalah bahwa
ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam
pembentukan kepribadian, begitu juga anak secara tidak sadar mereka akan
terpengaruh, maka kedua orang tua di sini berperan sebagai teladan bagi mereka
baik teladan pada tataran teoritis maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka
mengajarkan nilai-nilai agama dan akhlak serta emosional kepada anak-anaknya,
pertama mereka sendiri harus mengamalkannya.
Ø Fungsi
orangtua dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah:
1. sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2. menjamin kehidupan emosional anak
3. menanamkan dasar pendidikan moral anak
4. memberikan dasar pendidikan sosial
5. meletakan dasar-dasar pendidikan agama
6. bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong
keberhasilan anak
7. memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan kelak sehingga ia
mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
8. menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman
menjalankan proses belajar yang utuh.
9. memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan
pendidikan agama sebagai tujuan akhir manusia.
Ø Fungsi
keluarga/ orang tua dalam mendukung pendidikan anak di sekolah :
1. orang tua bekerjasama dengan sekolah
2. sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap
orang tua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan kepercayaan orang tua
terhadap sekolah yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
3. orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan
memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya.
4. orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara
belajar di rumah, membuat pekerjaan rumah dan memotivasi dan membimbimbing anak
dalam belajar.
5. orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan
belajar anak
6. orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang
akan dimasuki dan mendampingi selama menjalani proses belajar di lembaga
pendidikan.
D. Cara
menjadi orangtua yang baik untuk anak
Berikut adalah cara untuk menjadi orangtua yang baik untuk
anak :
1.
Tahu kapan waktunya untuk serius dan bercanda
Sosok
orang tua yang bijak tentu harus tahu kapan waktunya untuk serius dan bercanda.
Untuk mengkombinasikan keduanya juga bukan hal yang mudah. Saat menyangkut hal
yang bersifat prinsipil dan penting dalam kehidupan sang anak, peranan orang
tua sangatlah dibutuhkan untuk menjadi penasehat yang baik dengan pemikiran
yang matang, bukan sebagai penentu sebuah keputusan. Menurut sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Economic and Social Research Councils tahun 2011, sosok
orang tua yang gemar bercanda dengan anaknya justru bisa memicu pola pikir anak
untuk menjadi lebih kreatif dan kritis.
2.
Berpikir positif
Orang
tua dituntut untuk selalu berpikir positif dan menyikapi segala hal yang
menyangkut kehidupan sang anak dengan bijak. Tuntun dan berikanlah anak ruang
untuk berpikir dan mengambil keputusan yang baik dan benar, terutama dalam hal
pendidikan dan kehidupan sosialnya. Orang tua yang baik tentu tak akan berlaku
kasar dan egosentris kepada anaknya karena sadar jika perilaku demikian justru
akan berakibat buruk bagi psikologis sang anak. Perilaku dan segala tindak
tanduk orang tua akan terekam selamanya dalam memori sang anak dan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan mental sang anak. Sebagaimana tercermin dalam
sebuah peribahasa, "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya".
3.
Cerminkan kasih sayang yang tulus
Kasih
sayang yang tulus adalah "modal" utama bagi sang anak untuk menjadi
kuat, tabah dan tak merasa sendiri dalam menjalani hidup. Sikap yang
mencerminkan kasih sayang dari orang tua akan membentuk emosi yang positif akan
membantu anak untuk tetap ulet menghadapi semua tantangan dalam hidup dan di
masa-masa sulit mereka.
4.
Relakan mereka untuk pergi
Saat
sang anak beranjak dewasa, sosok orang tua tetap tak akan terkurangi bagi
anaknya. Meskipun demikian, biarkanlah sang anak mengambil keputusan bagi hidup
mereka sendiri. Berikanlah anak ruang bagi sang anak berpikir untuk dirinya
sendiri. Misalnya saat sang anak diterima disebuah perguruan tinggi di luar
kota.
Adalah
hal yang wajar setiap orang tua tentu akan merasakan kecemasan saat harus
melepas anaknya, padahal justru hal ini belum tentu hal yang buruk karena sang
anak akan mendapatkan pengalaman baru yang kelak akan berguna bagi sang anak
berkeluarga dan dituntut untuk mandiri. Tetap menjadi bijak dalam menyikapi hal
ini dan menyadari bahwa tak selamanya orang tua dapat mengawasi anaknya 24 jam
sehari.
5.
Posisi ibu yang mampu memberikan kehangatan dalam keluarga
Posisi
ibu merupakan posisi yang paling krusial dalam rumah tangga dan pembangunan
mental serta psikologi sang anak. Hal ini sangat logis mengingat ibu merupakan
sosok yang paling sering bersama dan merawat anak dirumah. Ibu yang baik mampu
berkomunikasi dengan anak dengan penuh kasih sayang, harmonis dan menjadi
"jembatan" penghubung yang baik antara sang anak dan sang ayah.
Merasa disayangi, dimengerti, dijaga dan dikasihi merupakan faktor penting bagi
sang anak untuk berkembang menjadi anak yang baik dan berbakti kepada orang
tua.
6.
Menahan emosi dan tahu bagaimana melontarkan argumentasi
Sebuah
keluarga tentu tak selamanya harmonis. Saat timbul sebuah konflik, orang tua
dituntut untuk dapat menjaga emosi dan tahu bagaimana caranya melontarkan
argumentasi. Meskipun marah, namun tetaplah dalam porsi orang tua yang mana
harus bijaksana dalam mengungkapkan argumentasi kepada sang anak. Hindari
argumen yang bersifat negatif dan mengintimidasi jiwa dan mental sang anak.
7.
Tak ada yang sempurna
Janganlah
menuntut akan kesempurnaan karena hakikatnya tak ada yang sempurna di dunia
ini. Hal ini berlaku untuk semua hal termasuk diri Anda ataupun sang anak.
Janganlah menyiksa diri sendiri dengan target, pencapaian dan ekspektasi yang
terlalu besar. "Tak ada gading yang tak retak", tetap sadari akan hal
tersebut dan memaklumi jika setiap orang memiliki kelemahan, begitu juga dengan
diri Anda.
8.
Kenali pribadi anak
Mungkin
banyak dari orang tua yang seakan-akan tahu benar bagaimana cara mencukupi
semua kebutuhan sang anak dan membesarkannya. Namun pada kenyataannya tak semua
orang tua dapat dengan mudah mengenali kepribadian sang anak. Setiap orang
tentu memiliki kepribadian yang berbeda-beda, oleh karenanya pahami dan
selamilah karakter masing-masing anak sehingga Anda tahu kapan dan
bagaimana caranya melakukan pendekatan dan bersikap kepada anak.
9.
Meminta maaf
Menua
kemudian kelak menjadi orang tua adalah hal yang hampir pasti dijalani oleh
setiap orang, begitu pun halnya dengan anak-anak Anda. Belajarlah dari
pengalaman saat Anda pernah menjadi seorang anak di masa lalu dimana mungkin
Anda juga pernah melakukan apa yang dilakukan saat ini oleh anak Anda. Berbuat
salah adalah hal yang manusiawi, wajar dan bisa saja terjadi kepada siapapun
orangnya tanpa memandang usia. Jika Anda merasa memiliki salah terhadap anak,
meminta maaflah. Meminta maaf bukanlah hal yang memalukan yang dapat mencederai
harga diri yang dimiliki oleh orang tua, namun meminta maaf yang tulus justru
akan membuat Anda menjadi orang tua yang sempurna dimata sang anak.
Demikianlah
artikel sederhana mengenai beberapa tips dan cara menjadi sosok orang tua yang
baik, teladan dan bijaksana bagi anaknya. Silakan diterapkan dan semoga tulisan
sederhana ini bisa memberikan manfaat, khususnya bagi Anda dan keluarga.
E.
Peran orangtua dalam meningkatkan prestasi anak
Peran orangtua dalam meningkatkan prestasi anak adalah :
1. Memberi
motivasi .
Motivasi merupakan dorongan agar seseorang melakukan suatu tindakan / kegiatan. motivasi belajar sebaiknya ditanamkan sejak anak berusia dini. Dalam lima tahun pertama yang disebut The Golden Years, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Karena itu, di masa inilah anak-anak seyogyanya mulai diarahkan / diformat semangat belajarnya. Karena saat-saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali . Sebagai orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan benar hal - hal yang berkenaan dengan perkembangan belajar sang buah hati.
Namun sayang, pada masa usia seperti ini orang tua selalu salah langkah dalam memformat pendidikan anak sehingga mematikan daya ingin tahu anak dan kreativitas anak. Orangtua cenderung marah ketika dimasa kecil anaknya cerewet banyak bertanya secra terus – menerus berkesinambungan bahkan tidak rasional. Padahal, pada saat itu anak sedang membangun pengetahuannya berdasarkan kemampuan otaknya, namun orangtuanya memadamkan rasa ingin tahunya . Atau, orangtua cenderung marah ketika dinding rumahnya penuh coretan atau rumahnya berserakan dengan permainan anaknya. Padahal, saat itu anak sedang membangun kreativitasnya dan mengaktualisasikan interpersonal intelegensinya dalam dunia bermain.
Yang terlupakan orangtua bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak belajar ; belajar berinteraksi, belajar berkomunikasi, belajar membangun kemampuan berfikir rasional (konstruksivisme ) dan sebagainya.
Jika hal – hal kecil seperti di atas terbunuh oleh kemalasan dan ketidaksabaran orang tua, wajar jika kelak anak di sekolah takut bertanya, takut memberi tanggapan maupun komentar, takut bereksperimen dan selalu bersikap diam tak bereaksi ketika proses pembelajaran berlangsung . Sehingga dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif mendengar dan menunggu. Inilah buah pendidikan pertama di keluarga yang sangat merugikan pendidikan anak.
Motivasi merupakan dorongan agar seseorang melakukan suatu tindakan / kegiatan. motivasi belajar sebaiknya ditanamkan sejak anak berusia dini. Dalam lima tahun pertama yang disebut The Golden Years, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Karena itu, di masa inilah anak-anak seyogyanya mulai diarahkan / diformat semangat belajarnya. Karena saat-saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali . Sebagai orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan benar hal - hal yang berkenaan dengan perkembangan belajar sang buah hati.
Namun sayang, pada masa usia seperti ini orang tua selalu salah langkah dalam memformat pendidikan anak sehingga mematikan daya ingin tahu anak dan kreativitas anak. Orangtua cenderung marah ketika dimasa kecil anaknya cerewet banyak bertanya secra terus – menerus berkesinambungan bahkan tidak rasional. Padahal, pada saat itu anak sedang membangun pengetahuannya berdasarkan kemampuan otaknya, namun orangtuanya memadamkan rasa ingin tahunya . Atau, orangtua cenderung marah ketika dinding rumahnya penuh coretan atau rumahnya berserakan dengan permainan anaknya. Padahal, saat itu anak sedang membangun kreativitasnya dan mengaktualisasikan interpersonal intelegensinya dalam dunia bermain.
Yang terlupakan orangtua bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak belajar ; belajar berinteraksi, belajar berkomunikasi, belajar membangun kemampuan berfikir rasional (konstruksivisme ) dan sebagainya.
Jika hal – hal kecil seperti di atas terbunuh oleh kemalasan dan ketidaksabaran orang tua, wajar jika kelak anak di sekolah takut bertanya, takut memberi tanggapan maupun komentar, takut bereksperimen dan selalu bersikap diam tak bereaksi ketika proses pembelajaran berlangsung . Sehingga dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif mendengar dan menunggu. Inilah buah pendidikan pertama di keluarga yang sangat merugikan pendidikan anak.
2. Memberi makanan yang bergizi .
Sebuah slogan tertera dalam buku The Learning Revolution “ Otak anda adalah apa yang ada makan “. Jika anak kita diberi makan kerupuk, kerupuklah kualitas otak anak kita . Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal Inggris tahun 2001, menjelaskan bahwa memberikan nutrisi yang cukup untuk otak si kecil sangat berpengaruh pada perkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya.
Banyak didapati anak – anak peserta didik menguap ( seperti mengantuk ) saat belajar pada pagi hari, hal itu bukan disebabkan anak kurang tidur . Tetapi otak kekurangan energi untuk berpikir pada tingkat tinggi ( high order thinking ), sehingga otak mudah lelah dan anak seperti mengantuk.
Fasilitas belajar yang paling esensial pada tubuh manusia adalah otak. Jadi , jika ingin cerdas, selain rajin belajar juga otak perlu di beri makanan yang berguna untuk membangun sel – sel otak yang berperan mengoptimalkan fungsi memori kerja otak.
Dari studi yang dilakukan di The University of Kentucky Chandler Medical Center, Amerika Serikat, terbukti IQ bayi yang diberi ASI jauh lebih tinggi dibanding dengan yang tidak diberi ASI. Dan, pada saat anak mulai diberikan makanan padat, kebutuhan asam lemak anak bisa dipenuhi dengan memberikan ikan, telur bebek, susu yang diperkaya DHA dan ARA, dua nutrisi yang penting untuk pertumbuhan otak dan mata si kecil.
Glukosa dari makanan yang kaya karbohidrat merupakan bahan bakar otak yang amat penting agar otak berfungsi optimal. Proses pengolahan informasi dan mengingat dapat berjalan dengan baik jika terpenuhinya kebutuhan glukosa otak tersebut. Ini semua bisa didapatkan dengan memberikan anak berbagai jenis kacang-kacangan, kentang, buah-buahan seperti pisang, sawo, serta sayur-sayuran misalnya daun singkong .
Protein Pembentukan Neurotransmiter adalah senyawa asam amino yang berperan terhadap proses pengolahan informasi di otak. Kadar senyawa ini amat berpengaruh terhadap seberapa banyak protein yang ada dalam makanan yang dikonsumsi sehari - hari .Kebutuhan senyawa ini bisa didapat dari ikan, daging, keju, yogut dan kacang - kacangan. Sedangkan kebutuhan buah - buahan, sayur - sayuran yang diperkaya antioksidan amat diperlukan untuk melindungi otak dari proses kerusakan sel - sel otak yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat, dan berakibat proses belajarpun jadi lamban.
Sebuah slogan tertera dalam buku The Learning Revolution “ Otak anda adalah apa yang ada makan “. Jika anak kita diberi makan kerupuk, kerupuklah kualitas otak anak kita . Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal Inggris tahun 2001, menjelaskan bahwa memberikan nutrisi yang cukup untuk otak si kecil sangat berpengaruh pada perkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya.
Banyak didapati anak – anak peserta didik menguap ( seperti mengantuk ) saat belajar pada pagi hari, hal itu bukan disebabkan anak kurang tidur . Tetapi otak kekurangan energi untuk berpikir pada tingkat tinggi ( high order thinking ), sehingga otak mudah lelah dan anak seperti mengantuk.
Fasilitas belajar yang paling esensial pada tubuh manusia adalah otak. Jadi , jika ingin cerdas, selain rajin belajar juga otak perlu di beri makanan yang berguna untuk membangun sel – sel otak yang berperan mengoptimalkan fungsi memori kerja otak.
Dari studi yang dilakukan di The University of Kentucky Chandler Medical Center, Amerika Serikat, terbukti IQ bayi yang diberi ASI jauh lebih tinggi dibanding dengan yang tidak diberi ASI. Dan, pada saat anak mulai diberikan makanan padat, kebutuhan asam lemak anak bisa dipenuhi dengan memberikan ikan, telur bebek, susu yang diperkaya DHA dan ARA, dua nutrisi yang penting untuk pertumbuhan otak dan mata si kecil.
Glukosa dari makanan yang kaya karbohidrat merupakan bahan bakar otak yang amat penting agar otak berfungsi optimal. Proses pengolahan informasi dan mengingat dapat berjalan dengan baik jika terpenuhinya kebutuhan glukosa otak tersebut. Ini semua bisa didapatkan dengan memberikan anak berbagai jenis kacang-kacangan, kentang, buah-buahan seperti pisang, sawo, serta sayur-sayuran misalnya daun singkong .
Protein Pembentukan Neurotransmiter adalah senyawa asam amino yang berperan terhadap proses pengolahan informasi di otak. Kadar senyawa ini amat berpengaruh terhadap seberapa banyak protein yang ada dalam makanan yang dikonsumsi sehari - hari .Kebutuhan senyawa ini bisa didapat dari ikan, daging, keju, yogut dan kacang - kacangan. Sedangkan kebutuhan buah - buahan, sayur - sayuran yang diperkaya antioksidan amat diperlukan untuk melindungi otak dari proses kerusakan sel - sel otak yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat, dan berakibat proses belajarpun jadi lamban.
3. Menyediakan fasilitas belajar yang memadai .
Fasilitas belajar dapat berupa meja belajar, tempat / kamar belajar, lampu belajar dan suasana belajar. Jika orang tua menginginkan anaknya betah belajar dan nyaman dalam belajar, maka fasilitas belajar yang nyaman harus disediakan. Bagaimana mungkin anak akan betah belajar jika ketika ia belajar suara keluarga lainnya tertawa gembira menonton acara televisi, meja belajar tidak ada serta lampu belajarpun menyakitkan / menyilaukan mata.
Di samping itu, orangtua sebaiknya mengetahui modalitas belajar anaknya, sehingga orangtua dapat memfasilitasi kebutuhan belajar anaknya sesuai dengan modalitas belajar anaknya.
Fasilitas belajar dapat berupa meja belajar, tempat / kamar belajar, lampu belajar dan suasana belajar. Jika orang tua menginginkan anaknya betah belajar dan nyaman dalam belajar, maka fasilitas belajar yang nyaman harus disediakan. Bagaimana mungkin anak akan betah belajar jika ketika ia belajar suara keluarga lainnya tertawa gembira menonton acara televisi, meja belajar tidak ada serta lampu belajarpun menyakitkan / menyilaukan mata.
Di samping itu, orangtua sebaiknya mengetahui modalitas belajar anaknya, sehingga orangtua dapat memfasilitasi kebutuhan belajar anaknya sesuai dengan modalitas belajar anaknya.
4. Membelikan buku dan alat-alat tulis.
Buku merupakan salah satu sumber belajar, dan masih banyak lagi sumber belajar selain buku. Semakin banyak sumber belajar yang dapat diakses oleh anak, semakin baik bagi anak untuk memperkaya pengetahuan anak.
Kelemahan anak – anak didik kita saat ini adalah hanya mengandalkan guru sebagai satu – satunya sumber belajar. Padahal masih banyak lagi sumber belajar lain seperti perpustakaan, majalah, koran, buku penunjang diluar buku sekolah, bahkan internet.
Buku merupakan salah satu sumber belajar, dan masih banyak lagi sumber belajar selain buku. Semakin banyak sumber belajar yang dapat diakses oleh anak, semakin baik bagi anak untuk memperkaya pengetahuan anak.
Kelemahan anak – anak didik kita saat ini adalah hanya mengandalkan guru sebagai satu – satunya sumber belajar. Padahal masih banyak lagi sumber belajar lain seperti perpustakaan, majalah, koran, buku penunjang diluar buku sekolah, bahkan internet.
5. Memberitahu bagaimana mengatur jadwal kegiatan belajar.
Belajar di rumah merupakan kebiasaan yang perlu ditanamkan pada anak. Orang tua dapat membantu anak membuat jadwal belajar secara teratur dan terencana. Setelah jadwal tersusun, orangtua harus mengawasi dan mendampingi anaknya belajar serta menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Orang tua harus mengatur waktu anak untuk menonton televisi atau acara lainnya. Jangan biasakan anak belajar sambil menonton televisi, jika orang tua menginginkan prestasi belajar yang gemilang.
Belajar di rumah merupakan kebiasaan yang perlu ditanamkan pada anak. Orang tua dapat membantu anak membuat jadwal belajar secara teratur dan terencana. Setelah jadwal tersusun, orangtua harus mengawasi dan mendampingi anaknya belajar serta menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Orang tua harus mengatur waktu anak untuk menonton televisi atau acara lainnya. Jangan biasakan anak belajar sambil menonton televisi, jika orang tua menginginkan prestasi belajar yang gemilang.
6. Menandatangani buku konsultasi / PR.
Sebagai wujud perhatian yang tepat, orang tua harus menandatangai buku konsultasi / PR anaknya. Dengan demikian , orangtua dapat mengetahui tingkat perkembangan kemampuan akademik anaknya dan perkembangan kemajuan belajar anaknya, sehingga dapat menentukan langkah – langkah tindakan yang tepat untuk kemajuan prestasi belajar anaknya.
Sebagai wujud perhatian yang tepat, orang tua harus menandatangai buku konsultasi / PR anaknya. Dengan demikian , orangtua dapat mengetahui tingkat perkembangan kemampuan akademik anaknya dan perkembangan kemajuan belajar anaknya, sehingga dapat menentukan langkah – langkah tindakan yang tepat untuk kemajuan prestasi belajar anaknya.
7. Memberitahu langkah - langkah yang harus dilakukan dalam
belajar .
Ketika anak menghadapi kesulitan dalam hal belajar, orang tua dapat membantu menemukan langkah – langkah atau memberitahukan langlah – langkah penyelesaiannya, atau berkonsultasi dengan guru di sekolah untuk mengatasi permasalahan belajar anaknya.
Banyak anak gagal dalam belajar bukan karena kemampuan anak rendah, tetapi kebanyakan anak tidak mengetahui bagaimana cara belajar yang tepat. Orangtua harus dapat mengetahui modalitas belajar yang dimiliki oleh anaknya, sehingga orangtua dapat mengarahkan cara belajar yang tepat untuk anaknya.
Ketika anak menghadapi kesulitan dalam hal belajar, orang tua dapat membantu menemukan langkah – langkah atau memberitahukan langlah – langkah penyelesaiannya, atau berkonsultasi dengan guru di sekolah untuk mengatasi permasalahan belajar anaknya.
Banyak anak gagal dalam belajar bukan karena kemampuan anak rendah, tetapi kebanyakan anak tidak mengetahui bagaimana cara belajar yang tepat. Orangtua harus dapat mengetahui modalitas belajar yang dimiliki oleh anaknya, sehingga orangtua dapat mengarahkan cara belajar yang tepat untuk anaknya.
8. Mengecek apakah anak sudah belajar / mengerjakan tugas -
tugasnya.
Sebagian besar anak – anak pelajar kita tidak belajar jika tidak ada PR. Jadi mereka belajar, jika ada PR. PR dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi peserta didik. Orang tua dapat membimbing anak menyelesaikan PR jika anak memang butuh bimbingan, atau menghadirkan guru privat untuk mendampingi serta membimbing anak ketika belajar di rumah jika memang diperlukan oleh anak.
Sebagian besar anak – anak pelajar kita tidak belajar jika tidak ada PR. Jadi mereka belajar, jika ada PR. PR dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi peserta didik. Orang tua dapat membimbing anak menyelesaikan PR jika anak memang butuh bimbingan, atau menghadirkan guru privat untuk mendampingi serta membimbing anak ketika belajar di rumah jika memang diperlukan oleh anak.
9. Menanyakan nilai / hasil belajar anak.
Untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar anaknya, orangtua harus sering menanyakan nilai hasil ulangan harian maupun nilai hasil pekerjaan rumah anaknya. Jika hasilnya baik, orangtua perlu memberi penguatan terhadap keberhasilan anaknya. Penguatan / afirmasi dapat berupa pujian , pengakuan atau hadiah sebagai penghargaan terhadap kesuksesan anaknya dalam belajar.
Namun, jika anak tidak / kurang berhasil orangtua harus memberi support / motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Bukan mencerca dan menghujat dengan kata – kata ; bodoh , tolol , dan sebagainya yang akan membuat anak kurang percaya diri dan kehilangan semangat belajar.
Untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar anaknya, orangtua harus sering menanyakan nilai hasil ulangan harian maupun nilai hasil pekerjaan rumah anaknya. Jika hasilnya baik, orangtua perlu memberi penguatan terhadap keberhasilan anaknya. Penguatan / afirmasi dapat berupa pujian , pengakuan atau hadiah sebagai penghargaan terhadap kesuksesan anaknya dalam belajar.
Namun, jika anak tidak / kurang berhasil orangtua harus memberi support / motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Bukan mencerca dan menghujat dengan kata – kata ; bodoh , tolol , dan sebagainya yang akan membuat anak kurang percaya diri dan kehilangan semangat belajar.
10.
Menanyakan
kesulitan - kesulitan yang dihadapi anak .
Tidak semua anak dapat mengatasi kesulitannya sendiri. Sebaiknya orang tua mengetahui kesulitan – kesulitan apa yang dihadapi si anak jika orangtua menginginkan anaknya berprestasi dalam belajar. Jika kesulitan anak tidak dapat diatasi sendiri oleh orangtua, sebaiknya orang tua mencari penyelesaian dengan bantuan oranglain . Misalnya anak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal – soal pekerjaan rumah matematika karena tingkat penguasaan materi anak yang lemah. Orangtua dapat mencari pendamping belajar anak agar anak tidak tertinggal dalam mata pelajaran tersebut.
Tidak semua anak dapat mengatasi kesulitannya sendiri. Sebaiknya orang tua mengetahui kesulitan – kesulitan apa yang dihadapi si anak jika orangtua menginginkan anaknya berprestasi dalam belajar. Jika kesulitan anak tidak dapat diatasi sendiri oleh orangtua, sebaiknya orang tua mencari penyelesaian dengan bantuan oranglain . Misalnya anak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal – soal pekerjaan rumah matematika karena tingkat penguasaan materi anak yang lemah. Orangtua dapat mencari pendamping belajar anak agar anak tidak tertinggal dalam mata pelajaran tersebut.
11.
Menjelaskan
mengapa anak perlu belajar dan sekolah dengan rajin .
Menjelaskan dan menanamkan pentingnya belajar terhadap anak adalah sangat penting. Dengan memberi contoh pada kehidupan nyata akibat orang yang tidak mau belajar dapat memotivasi anak untuk giat belajar. Namun penjelasan saja tidak cukup jika orangtua tidak memfasilitasi kebutuhan belajar. Jadi agar anak mau belajar, sediakanlah sarana dan prasarana belajar agar anak memperoleh kemudahan untuk belajar.
Alangkah ironisnya, jika anak kita suruh belajar namun tidak ada sarana yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Menjelaskan dan menanamkan pentingnya belajar terhadap anak adalah sangat penting. Dengan memberi contoh pada kehidupan nyata akibat orang yang tidak mau belajar dapat memotivasi anak untuk giat belajar. Namun penjelasan saja tidak cukup jika orangtua tidak memfasilitasi kebutuhan belajar. Jadi agar anak mau belajar, sediakanlah sarana dan prasarana belajar agar anak memperoleh kemudahan untuk belajar.
Alangkah ironisnya, jika anak kita suruh belajar namun tidak ada sarana yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
12.
Memberitahukan
hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak di sekolah dan rumah
dalam belajar .
Belajar tentunya mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuan belajar, orangtua harus berupaya menyingkirkan segala rintangan yang dapat menghalangi tercapainya tujuan belajar anaknya dengan memberitahukan hal – hal yang dapat menopang keberhasilan belajar anaknya serta hal – hal yang dapat menghambat keberhasilan belajar anaknya. Dengan demikian anak dapat memilih tindakan / kegiatan yang tepat dan benar. Selanjutnya orangtua mengawasi secara tepat kegiatan anaknya.
Belajar tentunya mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuan belajar, orangtua harus berupaya menyingkirkan segala rintangan yang dapat menghalangi tercapainya tujuan belajar anaknya dengan memberitahukan hal – hal yang dapat menopang keberhasilan belajar anaknya serta hal – hal yang dapat menghambat keberhasilan belajar anaknya. Dengan demikian anak dapat memilih tindakan / kegiatan yang tepat dan benar. Selanjutnya orangtua mengawasi secara tepat kegiatan anaknya.
13.
Menegur
bila anak lalai tugas / tanggung jawab .
Bila anak lalai dalam mengerjakan tugasnya orangtua harus berani menegur. Namun teguran yang mengandung nilai pendidikan, bukan cercaan, makian dan hujatan. Hal ini perlu, untuk mengontrol anak tetap berada di jalur yang benar.
Namun teguran dan pujian / afirmasi haruslah terlaksana dengan seimbang. Kadangkala ketika anak melakukan tindakan yang tepat / berprestasi orangtua bersikap diam seribu basa, namun ketika anaknya lalai orangtua marah bahkan menghujat .
Bila anak lalai dalam mengerjakan tugasnya orangtua harus berani menegur. Namun teguran yang mengandung nilai pendidikan, bukan cercaan, makian dan hujatan. Hal ini perlu, untuk mengontrol anak tetap berada di jalur yang benar.
Namun teguran dan pujian / afirmasi haruslah terlaksana dengan seimbang. Kadangkala ketika anak melakukan tindakan yang tepat / berprestasi orangtua bersikap diam seribu basa, namun ketika anaknya lalai orangtua marah bahkan menghujat .
14. Memberi contoh teladan
Keteladan merupan hal terpenting dalam kehidupan anak . Kadangkala anak tidak menemukan kesesuaian apa yang ia peroleh dalam pembelajaran dengan sikap perilaku orangtuanya. Semakin banyak ketidaksesuaian yang ia peroleh akan membuat anak berantipati dengan orangtuanya .
Dalam hal belajar , ketika orangtua menyuruh anaknya untuk belajar, sebaiknya orangtua juga mengambil buku / bacaan lain untuk membaca / belajar bersama anaknya. Bukan nonton televisi atau putar CD sehingga anaknya merasa cemburu, dan sebagainya .
Jadi berilah keteladanan pada anak, karena pada dasarnya anak adalah imitasi dari orangtuanya. Keteladanan merupakan metode pendidikan terbaik.
Keteladan merupan hal terpenting dalam kehidupan anak . Kadangkala anak tidak menemukan kesesuaian apa yang ia peroleh dalam pembelajaran dengan sikap perilaku orangtuanya. Semakin banyak ketidaksesuaian yang ia peroleh akan membuat anak berantipati dengan orangtuanya .
Dalam hal belajar , ketika orangtua menyuruh anaknya untuk belajar, sebaiknya orangtua juga mengambil buku / bacaan lain untuk membaca / belajar bersama anaknya. Bukan nonton televisi atau putar CD sehingga anaknya merasa cemburu, dan sebagainya .
Jadi berilah keteladanan pada anak, karena pada dasarnya anak adalah imitasi dari orangtuanya. Keteladanan merupakan metode pendidikan terbaik.
Bab III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan yang telah terurai diatas dapat saya tarik kesimpulan,bahwa orangtua
mempunyai pengaruh besar terhadap pendidikan anak-anaknya.Tidak ada yang dapat
membantu anak untuk berprestasi tanpa adanya keterlibatan peran orangtua. Pola
asuh orangtua mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan pribadi
anak. Oleh sebab itu orangtua harus bersungguh-sungguh dalam mendidik anak
serta menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang baik kepada anak.
B. Saran
v Sebaiknya orangtua tidak egois serta bijaksana dalam
menentukan pendapat
v Sebaiknya orangtua lebih memahami pribadi anak
v Sebaiknya orangtua selalu memberikan perhatian lebih
kepada anak
v Sebaiknya orangtua memberikan sarana dan prasarana untuk
anak belajar dengan baik
v Sebaiknya orangtua menghindari perceraian yang dapat
membuat anak memiliki gangguan psikologis
v Sebaiknya orangtua memberi teladan yang baik bagi anak
Daftar Pustaka
https://kelompok24bbgr.wordpress.com/2011/06/30/karya-tulis-ilmiah-peran-orang-tua-dalam-pendidikan/